Feb 9, 2011

NERO MINDED

Aksi penyerbuan Jemaah Ahmadiyah di Cikeusik-Banten, Minggu (6/2/2011); kemudian aksi kerusuhan massa di  Temanggung-Jateng, Selasa (8/2/2011); kata-kata brutal, sadis, kejam,menakutkan, dan tidak berprikemanusiaan — terlontar dari mulut kita yang peduli perdamaian. Tetapi apakah aksi-aksi brutal baru belakangan ini saja terjadi? Apakah kita sudah lupa dengan tragedi yang sama dalam skala yang sangat besar, yaitu Kerusuhan 13-15 May 1998 lalu?
Korban tewas bakar Kerusuhan May '98


Contoh-contoh kejadian diatas bukanlah hal baru di bumi pertiwi ini. Kerajaan Mataram Hindu (800-900 M) punah diduga oleh aksi kerusuhan massa antara dua pengaruh kekuasaan agama, yaitu Hindu dan Buddha. Situs kraton Ratu Boko (dekat candi Prambanan, Piyungan-DIY), menjadi saksi bisu sejarah. Walau pemandu di situs tersebut berkilah: "Paduan bekas arsitektur Hindu dan Buddha ini mencerminkan Bhinneka Tunggal Ika, pak Adier!" (??)


Di dunia, aksi kerusuhan model kita dikenal dengan nama yang berasal dari bahasa kita pula, yaitu: "Amok atau Amuk". Amuk adalah "sisi gelap" perilaku menyimpang khas nusantara yang dibalut keindahan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Jika amuk sudah "selera", bagaimana dengan penguasa-penguasa? Jawabannya: "Ada perbedaan!" Saya memberi nama perilaku menyimpang penguasa-penguasa "sakit" dengan julukan: Nero Minded.


Kata “Nero” diambil dari nama Caesar Romawi V (kelima), bernama Nero Claudius Caesar Augustus Germanicus (15 Desember 37 ‒ 9 Juni 68 M).  Nero mencapai puncak kekuasaan adalah hasil “pengorbanan” ibunya sendiri, Agrippina. Caesar Nero diyakini sebagai otak pelaku (dalang) pembakaran kota Roma dan melakukan eksekusi umat Kristiani, hanya karena perbedaan keyakinan/agama! 


Nero adalah sosok baik hati, memotong pajak untuk mengangkat taraf hidup rakyatnya, mencintai seni (bernyanyi, membaca puisi, dll.). Nero secara kejiwaan adalah orang yang lemah, ia mengalami depresi yang akut karena hidup dibawah tekanan dari orang-orang sekitarnya; haus kekuasaan, ambisius, menyimpan dendam, dan rasa sakit hati.


Nero minded berpeluang besar terjadi terhadap orang yang pada masa anak-anak hidup di lingkungan yang penuh intrik dan didasari oleh; rasa benci, dendam, iri hati, dan ambisius. Kehidupan diatur oleh pemegang otoritas sehingga hampir tidak ada ruang kebebasan pribadi yang tersisa. Pemegang otoritas yang dimaksud bisa berupa; orang tua, guru, pemimpin spiritual, dll.  Ia sepenuhnya menjadi milik orang lain, tidak mempunyai kemandirian sikap (dependently), dan perilakunya sering berubah-ubah, tidak tegas, dan pintar menyesuaikan diri dengan situasi sekitar.


Dalam keadaan normal ia berperilaku yang terlihat sangat santun, taat beragama, dan pandai membicarakan tentang iman/moral. Jika ada tertekan/desakan/rasa takut/putus asa, yang besar (depresi akut), rekaman sisi gelap dirinya akan terkuak dan mengambil alih kontrol tubuh, dan perilaku yang menyimpang akan muncul kepermukaan (kumat). Ia cenderung mengambil jalan pintas untuk menyelesaikan permasalahan dengan memprovokasi aksi amuk/amok, maka hasilnya adalah kerusuhan, penjarahan, disertai dengan pembakaran, secara masal. Jika diperhatikan dengan cermat, baik Amuk maupun Nero minded mempunyai kesamaan tujuan, yaitu menghapus identitas!


Perilaku Nero minded membawa kerugian yang tidak dapat kita ukur secara kalkulasi materil saja. Kerugian yang sangat sulit untuk ditebus adalah hilangnya fakta, akibat musnahnya: jejak, identitas, barang bukti, atau arsip penting.  Hilangnya bukti-bukti sah akan menimbulkan kesimpang-siuran ketika vested interest (kepentingan) bermain demi keuntungan sesaat, termasuk tentang sejarah masa lampau yang sebenarnya. Kita ambil contoh tentang kesimpang-siuran kasus dana BLBI yang berlarut-larut hingga kini, kasus Bank Century, dan yang terkini adalah kasus Gayus HP Tambunan, "tetap kusut-masai, bukan?".


Amuk adalah bagian dari budaya penduduk nusantara semenjak dahulu kala! Amuk merupakan ritual ungkapan rasa kalah. Ketika Amuk bertemu dengan perilaku menyimpang penguasa Nero minded, maka aksi yang disebabkan oleh karena perbedaan; suku, agama, ras, dan aliran/kelompok, akan terus terjadi secara systemic. Solusi mendasar yag perlu dilakukan adalah mulai dari diri kita dahulu, yaitu: Mau mengenali perbedaan sebagai pengetahuan agar kita memiliki wawasan seluas-luasnya guna menjadi bangsa terhormat dikemudian hari!


Penutup

  • Kiranya President AS Barrack Hussein Obama "luput" mengetahui sisi gelap Bhinneka Tunggal Ika, dalam penyampaian KULIAH UMUM UI, 10 Nov 2011 lalu di Jakarta.
  • Referensi: Buku Ratu Adil Mentas, Hal 46.

--- Ɣ☯Ɣ ---
"Tayangan (link) berikut mengandung aksi brutal di Cikeusik, bagi yang tidak kuat atau wanita hamil disarankan tidak menonton karena berdampak traumatic."


YouTube Anti Ahmadiyah Violence in Cikeusik

Feb 6, 2011

KETERGANTUNGAN INTERNET

"semakin mengandalkan internet; membuat kita semakin ketergantungan dengan penguasa,"

Ketergantungan



Media jaringan internet (alam maya) membawa harapan kekebasan berekspresi bagi kita.  Komunikasi melalui jaringan internet menjadi symbol kebebasan, dan digandrungi terutama oleh generasi muda.  Layanan i-Social seperti Facebook, Twitter, dan MySpace, memberi ruang yang menjanjikan bagi aktivis untuk perjuangan kepentingannya.  Namun demikian, sesungguhnya "semakin mengandalkan internet; membuat kita semakin