May 13, 2012

BANG DEDI

Apa kabar Anda hari ini?
Bang Dedi in action!

Bang Dedi, nama panggilannya. Orangnya sangat rajin dan telaten membersihkan rumah, seperti: mencabut tanaman liar di halaman, lumut yang menembel di tembok, plester ulang tembok yang rusak,
mindahkan perabot, dll. Tenaganya sangat kuat angkat yang berat-berat.

Potongan tubuhnya seperti layaknya preman pasar. Rambut gondrong, kulit hitam, dan sekujur tubuhnya penuh bekas tattoo. Istri saya tidak risih dengannya, tumben. "Tampang preman tidak menjadi alasan karena penuh senyum dan sorot matanya terkesan tulus," ujar istri saya.

Yang sangat mengesankan adalah buku jari-jari tangan sebelah kanan sudah putus semua. Bang Dedi akhirnya mau bercerita ke saya.

Masa kanak-kanak bang Dedi sungguh sangat menyakitkan. Ia terkena demam tinggi dan diduga terkena kusta/lepra (?). Keluarga hidup dibawah garis kemiskinan sehingga tidak ada dana untuk berobat. Sejak itu ia diisolir oleh lingkungan pergaulan tetangga, dan pada akhirnya hengkang dari pendidikan sekolah dasar karena tidak kuat akibat terlampau sering menerima hujatan, "Penyakit-mu itu azab dari Allah swt !.."

Masa remaja sampai dewasa ia lalui dengan menjadi preman dan suka mabuk-mabukan. Pada suatu ketika timbul kesadaran pada dirinya, setelah bertemu seseorang yang mau memperlakukan bang Dedi layaknya manusia, dan bang Dedi berubah total sejak itu. Ia mulai mencari nafkah dengan menjadi pesuruh.

Ada satu hal kelemahan bang Dedi dan dia sudah ingatkan, pantang makan dikala bekerja. Sekali perutnya kemasukan makanan maka langsung tertidur pulas. Pernah satu kali saya 'paksa' makan siang, begitu setesai makan dan minum tak lama kemudian langsung tidur pulas sampai sore diberanda rumah!

Perlahan-lahan ia sisihkan uang untuk ditabung, dan hasil tabungan ia belikan becak. Saat ini bang Dedi punya dua becak dari hasil menyisihkan uang ke tabungan. Kedua becak tersebut dia sewakan, sehingga ia mendapat penghasilan tetap dari menyewakan becak. Panggilan untuk membersihkan rumah menjadi penghasilan tambahan yang sangat dinanti.

Bang Dedi berkomentar, "Saya merasa jadi manusia beneran sekarang, pak... dapat uang dari peras keringat, bahagia banget.. haha..," tertawa lepas. Ketika saya mau ampil photo senangnya minta ampun, kemudian ia berkata trenyuh, "Seunuran baru kali ini ada orang mau photo saya, pak," terlihat matanya sendu.

Demikian sekitas cerita tentang Bang Dedi yang menarik perhatian saya.


Sekarang giliran Anda mengomentari, terima kasih.


No comments:

Post a Comment

Tulis pendapat dan komentar di bawah ini :)