Sejak Selasa (25/1/2011), di Mesir terjadi aksi unjuk rasa besar-besaran menuntut President Hosni Mubarak mundur dari jabatan, setelah 30 tahun berkuasa. Hari ini tercatat aksi unjuk rasa telah memakan korban tewas 2 dari demonstran dan 1 dari aparat kepolisian Mesir. Hari ini, Rabu (26/1/2011), putra presiden, Gamal Mubarak pergi meninggalkan negeri itu beserta keluarganya bertolak menuju London, Inggris.
Kerusuhan di Tunisia 15/1/2011 |
Epidemic revolusi dimulai/dipicu oleh gejolak politik yang bermuara pada revolusi di Tunisia. President Tunisia Zine El Abidine Ben Ali, akhirnya mengundurkan diri setelah berkuasa selama 23 tahun, setelah aksi unjuk rasa yang berakhir dengan kerusuhan yang membuat pemerintahan lumpuh total. Presiden Ben Ali meninggalkan negaranya dan mengungsi ke Jeddah, Arab Saudi, Jumat (14/1/2011) lalu.
Dari revolusi di Tunisia ke Mesir kita bisa melihat bahwa proses berjangkitnya sangat cepat sekali (berlangsung di bulan January 2011), ini yang saya namakan epidemic. Epidemic ini sangat dimungkinkan karena didukung oleh sarana komunikasi internet yang bebas dan mendunia.
Pemicu revolusi di kedua negara berkembang tersebut mirip, diantaranya:
Ada satu faktor yang membuat revolusi terjadi, yaitu peranan militer! Dalam catatan sejarah terutama di negara-negara berkembang, revolusi terjadi karena didukung/dikawal oleh pihak militer. Presiden Tunisia Ben Ali menduduki jabatan hingga 23 berkat revolusi yg digerakkan oleh pihak militer, dan ditumbangkan oleh dukungan militer. Begitu pula dengan Mesir. Anwar Sadat digulingkan oleh peran militer dan mendudukkan Hosni Mubarak, dan kemudian pergolakan hari ini terhadap Mubarak pun ditengarai oleh peran militer.
Di ASEAN, masih ingat revolusi di Philippine? President Ferdinand Marcos diangkat/digulingkan oleh dukungan militer dan mendudukkan Corazon Aquino sebagai pengganti. Di Indonesia?.. Soekarno digulingkan berkat dukungan kelompok militer dan Soeharto pun kemudian digulingkan berkat peran kelompok militer pula (Anda sudah tahu hal ini?).
Saat ini penguasa-penguasa kita bernafas lega dan yakin revolusi tidak menjalar ke Indonesia walau penyebab (pemicu) revolusi terjadi pula di Indonesia bahkan lebih mengenaskan. Percaya diri penguasa disebabkan perhitungan jarak tempuh epidemic terlampau jauh dan militer terlanjur dijauhi oleh rakyat. Namun mereka mungkin saja lupa bahwa epidemic revolusi terjadi berkat sarana komunikasi i-social seperti facebook dan twitter.
"Apakah epidemic ini akan sampai ke Indonesia? Bagaimana menurut pendapat Anda?.."
No comments:
Post a Comment
Tulis pendapat dan komentar di bawah ini :)