Sep 8, 2011

PANTAI BATU KARAS (Bagian Kedelapan)

"Kalau cuma jatuh sekali enggak apa-apa deh... masih punya kekuatan koq."
Setelah membayar tagihan hotel, saya menyalakan motor matic sewaan, siap pulang kembali ke Pangandaran. Kegiatan hari Minggu (31/07/ 2011) ini: lihat suasana pantai Pangandaraan, beli oleh-oleh ikan asin Jambal Roti khas Pangandaran yang terkenal enak, kembalikan motor ke Yves, dan sorenya pulang kembali ke ke Jakarta. "What should be done - must be done, my dear!"

Tempat menaruh minuman di sayap depan kiri motor saya letakkan botol air samudra dan dompet cangklong, sementara sayap depan kanan saya letakkan satu botol minuman ringan karena hanya muat satu botol (terhalang kunci kontak).


Posisi botol air di sisi luar sedangkan dompet cangklong di bagian dalam dekat poros kemudi sehingga apabila terjadi guncangan akibat jalan tidak mulus, maka dompet cangklong tidak jatuh. Perlu diketahui bahwa saya sangat menyayangi cangklong, koleksi langka.

Saya nikmati perjalanan dengan riang gembira sambil mendengarkan lagu-lagu new age dari iPod playlist. Kecepatan motor tidak bisa mengikuti kegembiraan hati oleh sebab kondisi jalan yang memprihatinkan. Setelah menempuh perjalanan 15 menit, dekat Bandara Pangandaran (± 7.4 km dari Batu Karas), saya sempat menghentikan motor, merapikan letak botol air dan dompet cangklong, sebab botol air samudra hampir jatuh. 

Sambil merapikan, saya berkata, "Kalau sampai jatuh, berarti Anda (air samudra) tidak punya kekuatan berarti.. dan Anda saya buang!.. Ketahuan beli air mineral.. bisa diminum," lantas motor saya jalankan kembali, tetapi iPod saya matikan sebab ada perasaan khawatir.

Ada rasa menyesal telah berucap seperti itu, serasa ada kesombongan dalam diri. Rasa penyesalan ini kemudian berganti menjadi pikiran ogah rugi. Kalau air samudra sampai jatuh dan dibuang, apa gunanya jauh-jauh ke Batu karas? Rikuh atas kesombongan, saya mengkoreksi perkataan menjadi, "Kalau cuma jatuh sekali enggak apa-apa deh... masih punya kekuatan koq."
Lokasi dompet cangklong jatuh dekat Bandara Pangandaran.
"Plaakkk...!" tak lama kemudian terdengar suara benda jatuh dan sempat menyerempet ke kaki.

"Srreee..ttttt...!" suara gesekan ban dengan aspal berpasir akibat tuas rem ditarik mendadak. Buru-buru saya turun dan mencari tahu apa yang telah terjadi, dan ternyata... dompet cangklong terjatuh! Lantas,... mata saya langsung mengarah ke sayap kiri motor, menatap tajam. "Koq biii...ss..aaaa....!!?" hanya itu yang terucap seraya melongo.

Permukaan botol plastik air mineral halus (licin). Dompet cangklong terbuat dari kulit, permukaannya kurang halus, lentur, dan 'sticky' (melekat). Apabila keduanya bergesekan, maka secara alamiah yang seharusnya terlempar keluar adalah botol air samudra, bukan dompet cangklong. Jarak 900 meter sebelumnya sudah membuktikan botol air samudra hampir jatuh.

"Ternyata air samudra telah membuktikan kekuatannya," ujar saya, dan kalimat ini telah merubah rasa terkejut menjadi angan-angan. Coba bayangkan apa yang akan terjadi jika orang mengetahui saya membawa air berkhasiat? Orang akan berbondong-bondong... uang mengalir deras.. populer.. dan.. hidup indah nian rasanya. Pikiran saya dipenuhi siasat, lantas tersenyum lepas. Senyum kelicikan!

(Bersambung)

No comments:

Post a Comment

Tulis pendapat dan komentar di bawah ini :)