Aug 27, 2011

PANTAI BATU KARAS (Bagian Keempat)

Mana ada makhluk halus doyan topi miring?!
Air laut sudah menyentuh lutut, sejenak melongok ke belakang; masih tampak pendar cahaya lampu-lampu penginapan. Kembali saya menatap ke tengah laut, gelap! Perlahan-lahan mata mulai beradaptasi terhadap intensitas cahaya yang sangat rendah,.. laut selatan Jawa mulai tampak tidak terlampau gelap lagi, dan... perlahan mulai terang, dan...  terang! Terasa kebeningan dalam hati, entah mengapa...

Suara gemuruh ombak tidak membuat hati menjadi ciut, melainkan merasa kebeningan halimun dalam hati yang paling dalam. Pikiran saya mengingatkan bahwa saat ini posisi berada di "bibir" tumbukan lempeng tektonik. "Pantas saja tekanan gelombang subsonic terasa di sini.", saya berkata dalam hati.

Tiga Lempeng tektonik Besar
di Indonesia.
Pantai selatan pulau Jawa adalah salah satu lokasi tumbukan lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia. Tumbukan lempeng terjadi berkelanjutan dan menghasilkan tekanan gelombang subsonic. Apabila terjadi 'unconformity' (ketidakselarasan) dalam proses tumbukan akan menciptakan gempa tektonik. Rasa mual-mual dan sakit kepala yang diderita oleh orang yang berada di daerah gempa adalah dampak dari tekanan gelombang subsonic. Tapi banyak hal di 'Laut Selatan Jawa' hanya bisa diungkapkan melalui jalan spiritual !.. 


Jalan spiritual.
Saya menggunakan kesempatan melakukan penyerapan cosmos energy dan stimulasi alpha-theta-delta mind. Kemudian saya berkata dengan suara lirih: "...Semua yang ada di alam semesta tak berhingga, hidup!,.. tidak ada benda mati, melainkan berpindah ruang saja. ... Aku adalah cahaya-mu !... Dampingi untuk mencapai tujuan akhir penciptaan, mulai sekarang!" 

Pikiran nakal menggerayangi dan saya nyeletuk: "Ngomong sendirian tengah malam begini,.. apa enggak dikira orang gila putus asa ya?.. hahaha...." Saya mengulangi ucapan kata "orang gila putus asa" berulang kali sambil tertawa terbahak-bahak, dan dada terasa lapang sekali.

Usai 'mengagumi keindahan' spiritual, saya melangkah berbalik arah menjauhi garis pantai. Samar-samar terlihat kursi tergeletak di alam terbuka. "Suasana gelap begini menghisap cangklong di tepi pantai pasti serasa bourgeois banget... hehe..."; Saya bergumam dalam hati bersuka-cita. Pantat mendarat empuk di kursi, kaki selonjoran, dan tangan mulai menyiapkan acara Calumet. *)

Perlahan saya menikmati asap tembakau yang sudah menyala, bergaya bourgeois, dengan suara lantang berkata: "Sesedih-sedihnya film India - Lebih sedih nyantai tapi nggak nyangklong!.. hahaha..." Tiba-tiba, "Malam paakkk..", suara model baritone menyapa.

Darah kontan berdesir... perut terasa mual... mata mencorong tajam-liar mencari sumber suara, dan,.. buukk..!, tangan saya terlatih bergerak cepat menyerang sebelum diserang, disusul suara lawan kemudian, "Aawww...!",... tapi kok aneh?...  baauuu!... Suara kesakitan dan tercium bau mulut menyadarkan saya bahwa saya telah memukul manusiiaaa...! huuft... Mana ada makhluk halus doyan topi miring?!.. **)

(Bersambung)

Keterangan:
*) Calumet; upacara 'nyangklong' sebagai symbol saling menghormati sesama makhluk ciptaan-Nya, dan sarana berkomunikasi dengan dunia spiritual. 
**) Topi miring; sejenis merck minuman beralkohol kalangan menengah-bawah.

No comments:

Post a Comment

Tulis pendapat dan komentar di bawah ini :)