Paradox Syndrome |
Paradox adalah: sebuah pernyataan yang contra (cons) dan terdengar absurd, berlawanan dengan logika pada umumnya, namun terbukti kebenarannya. Dalam catatan saya (Wajendra's Logbook), permasalahan paradox dimulai dari penemuanPythagoras (572 – 480 SM), yang disebut Teorema Pythagoras, akibat terorema pythagoras, memunculkan bilangan pecahan dan tak berhingga atau disebut bilangan irasional, pada zaman itu. Zeno dari Elea (495 – 435 SM) dihukum mati karena dianggap sesat, ia mengungkapkan bilangan tak berhingga (irasional), yang berlawanan dengan kaidah umum pada masa itu. Beruntung sebelum kematiannya, Zeno sempat meloloskan karya-karya paradox, salah satunya adalah The Achilles. Menyusul kemudian ahli matematika geometri dan guru di Iskandariah-Mesir, Euclid (300 SM), didalam bukunya, The Elements, juga berupaya menjelaskan tentang bilangan tak berhingga melalui ilmu geometri.
Ternyata terungkap kemudian bahwa paradox sudah dikenal jauh-jauh sebelumnya, peneliti archeology menemukan
'stonehenge' pemujaan (tumpukan batuan melingkar-astronomy), Callanish di United Kingdom, berusia antara 2,600 s/d 2,300 SM, dimana rahib (pendeta) dalam ritual mengelilingi lingkaran, bergumam (me-wirid?) dgn menyebut secret characters 'ogham' sejumlah "22 ke 7" berulang-ulang, unt mencapai kondisi trance. Tujuan mereka adalah untuk mencapai immortality (keabadian). Dengan menggunakan calculator kita mendapatkan bilangan pecahan tak berhingga, apabila angka 22 dibagi dengan 7, menjadi: 3,142857... dst. dst. Angka pecahan yg tak berkesudahan ini kita sebut infinite (tak berhingga/tak berkesudahan/tak berujung), diberi symbol dengan " ∞ " (angka delapan terkulai lunglai, lirih.. hiks.. hiks..) Angka tersebut kemudian dibulatkan dalam 2 decimal menlahirkan angka 3.14, dan diberi symbol " π " (pi). π merupakan konstanta mencari keliling dan luas lingkaran dalam ukuran apapun jua! Menarik bukan? Yang lebih menarik lagi, ternyata kembaran Callanish-stonehenge, berada di Sulsel-Indonesia!... Jreng...jreng...!
'stonehenge' pemujaan (tumpukan batuan melingkar-astronomy), Callanish di United Kingdom, berusia antara 2,600 s/d 2,300 SM, dimana rahib (pendeta) dalam ritual mengelilingi lingkaran, bergumam (me-wirid?) dgn menyebut secret characters 'ogham' sejumlah "22 ke 7" berulang-ulang, unt mencapai kondisi trance. Tujuan mereka adalah untuk mencapai immortality (keabadian). Dengan menggunakan calculator kita mendapatkan bilangan pecahan tak berhingga, apabila angka 22 dibagi dengan 7, menjadi: 3,142857... dst. dst. Angka pecahan yg tak berkesudahan ini kita sebut infinite (tak berhingga/tak berkesudahan/tak berujung), diberi symbol dengan " ∞ " (angka delapan terkulai lunglai, lirih.. hiks.. hiks..) Angka tersebut kemudian dibulatkan dalam 2 decimal menlahirkan angka 3.14, dan diberi symbol " π " (pi). π merupakan konstanta mencari keliling dan luas lingkaran dalam ukuran apapun jua! Menarik bukan? Yang lebih menarik lagi, ternyata kembaran Callanish-stonehenge, berada di Sulsel-Indonesia!... Jreng...jreng...!
Didalam kehidupan nyata, paradoxes dapat terjadi pada diri seseorang. Jika seseorang yang mempunyai karakter, opini, emosi, atau perilaku yang tidak umum berlaku dilingkungannya atau bertentangan dengan lingkungan disekitarnya, dan baru dikatakan sesuai dengan kaidah umum atau sesuai dengan lingkungan sekitarnya—jika ia melakukan hal yang bertentangan dengan dirinya sendiri. Kelainan pada diri orang tersebut dapat digolongkan sebagai penderita kelainan, Paradox Syndrome.
Kelainan ini (Paradox Syndrome) biasanya karena cara berpikir yang terbalik, yaitu, jika orang normal cara berpikirnya dari A ke Z, maka ia berpikir dari Z ke A. Ciri-ciri umum yang anda dapat kenali adalah: jika menulis sering terjadi penyusunan kata-kata yang terbolak-balik, makna akhir kebalikan dari makna awal, huruf atau angka yang terbalik, menulis menggunakan tangan kanan - pindah ke tangan kiri dengan mudah, bermula dari kanan ke kiri, atau dari atas ke bawah, mengaduk gula berputar berlawanan arah jarum jam, dll.
Tokoh/pemimpin terkenal berikut ini adalah contoh pengidap paradox syndrome (menurut saya), diantaranya termasuk: Nabi Yusuf as - Sulayman as, The Great Alexander of Macedonia, René Descartes, John Locke, Francis Bacon, Leonardo Da Vinci, King Louis XIV, Isaac Newton, Albert Einstein, dan Werner Heisenberg.
Sebagai penutup bagian ini, saya mengambil kesimpulan bahwa Imortality atau keabadian harus memenuhi kata kunci, yaitu: tak berujung! Maka terjawablah sudah gelar sexy: Maharaja nan bertepi - tak berujung. Lantas, bagaimana dengan penjelasan tentang pasangannya, yaitu: nan bertepi? Akan kita jelaskan di topic berikutnya, yaitu tentang time parallel.
(Bersambung ke bagian keempat: Time Parallel)
No comments:
Post a Comment
Tulis pendapat dan komentar di bawah ini :)