Dec 14, 2010

CINTA (1 # 4)

Bingung..!

Di rumah sakit jiwa, orang waras dikatakan gila.
Atas dasar keingintahuan teman-teman, maka saya memutuskan untuk menuliskan tentang: cinta, déjà vu, paradox, dan time parallel; sebagai persembahan Ramadan 2010. Tulisan dibuat bersambung agar tidak jenuh, dan disadur dari buku:
  1. Rahasia Satrio Piningit, terbit 14-02-2007, (Valentine's day).
  2. Ratu Adil Mentas, terbit 24-09-2008.
Saya mempunyai defenisi yg berbeda tentang cinta, yaitu:
Cinta adalah wujud hakiki, setitik cahaya illahi, diberikan oleh Tuhan YME, dan bersemayam di dalam diri setiap manusia.

Defenisi diatas memperkaya filosofi cinta, yg mana sebelumnya, Rābi’ah al-’Adawīyah (wafat 801 M), menyampaikan tentang 'element' cinta. Sebuah konsep ṣūfīsme ideal, yaitu: “tidak mengharapkan surga dan tanpa takut akan neraka.”

Cinta dlm pemahaman manusia, tidak demikian di alam semesta yg lain. Manusia di bumi hingga hari ini masih melihat alam semesta itu satu. Cinta telah ada di awal proses penciptaan dimulai oleh Yang Maha Agung (genesis). Cinta adalah setitik cahaya illahi, ketika cahaya tersebut memancar akan berubah bentuk menjadi ruang dan energy waktu. Tak berhingga (infinite) dan kekal (eternal). Cinta tdk. terikat ruang dan waktu, dan justru berlaku kebalikannya.

Defenisi umum di bumi tentang 'cinta' mengandung makna bias, sarat dengan kepentingan. Apabila orang mengatakan: "Cinta-ku tak lekang oleh ruang dan waktu." Apabila situasinya dirubah, Apakah tetap tak lekang?.. saya sangat meragukan! Oleh sebab manusia dibungkus oleh ruang dan waktu, dan manusia sendiri menyelimuti diri masing-masing dengan 'kepentingan' pribadi agar tetap hangat.

Cara pandang kita yg berbeda tentang cinta sebagai contoh diatas, disebabkan oleh perbedaan sejak lahir. Sejak lahir mempunyai bawaan menyimpang (illness), sebut saja: Paradox sydrome. Sederhananya, orang awam berpikir dari A ke Z, maka saya dari Z ke A. Tentu hal ini menyulitkan. Agar dapat berbaur, maka otak harus bekerja berkali lipat dari yg seharusnya, yaitu: dari Z ke A, baru kemudian melangkah 'bergandengan tangan' menuju Z.

Semua ada masanya, ada gilirannya, dlm bahasa Jawa sering di sebut, "wis ti'ti wan-cine", atau seperti transformasi ulat sutra menjadi kupu-kupu. Yg dahulunya dianggap 'penyakit aneh' oleh manusia, saat ini malah dipandang sebagai 'kelebihan' yg mengundang gairah-berahi (?), harus dimiliki, dan beramai-ramai orang mencari. Yang bingung tentunya yg punya kelainan,.. ibarat 'cape-hati' berlari dari Z ke A supaya hati tidak sunyi, setibanya di A, ehh.. malah orang ramai-ramai pengen cape-hati..(?). Saya sering bergumam: "Sakjan-ne ki sing gendheng sopo tho'..!?" Akhirnya, pantas saya mengatakan dengan lega hati: "Di rumah sakit jiwa, orang waras dikatakan gila."

Bersambung ke bagian kedua, tentang; Déjà vu . 

No comments:

Post a Comment

Tulis pendapat dan komentar di bawah ini :)